Rabu, 18 Juni 2014

IMPLIKASI TEKANAN MENTAL SISIWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Dewasa ini seiring dengan persaingan kompetensi akademik yang semakin ketat serta pembangunan yang semakin maju di dunia pendidikan, semakin besar pula jumlah siswa yang mengalami tekanan mental. Tekanan mental dapat diartikan sebagai sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses intelektual. Tekanan yang terlampau akan menyebabkan penyakit psikologi siswa (Farihin, 2013).
Faktor pertama yang menyebabkan seseorang berhadapan dengan tekanan mental ialah masalah personality yang sempurna. Keinginan memajukan diri adalah berfaedah kepada orang sekiranya tidak keterlaluan. Keinginan yang keterlaluan pula akan mendatangkan tekanan sehingga menyusahkan dirinya. Seseorang yang terlalu menitikberatkan kesempurnaan tidak akan merasa puas hati dan senantiasa ingin berjaya dalam semua aspek yang terlibat. Orang seperti ini biasanya sering mempunyai hasrat atau cita-cita yang sangat tinggi. Mereka berasa kecewa apabila hasil tidak mengikut standard kesempuraan berdasarkan kaca matanya. Oleh sebab itu, masalah personality yang sempurna akan menyebabkan tekanan mental yang berat (Farihin, 2013).
Salah satu jenis tekanan mental yang sudah di alami oleh ribuan orang di seluruh dunia adalah stres. Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain (Herdiyani, 2013).
Menurut Robbins (dalam Herdiyani, 2013) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Kebanyakan orang yang mengalami tekanan mental tidak tahu cara untuk mengatasinya karena tekanan mental adalah sejenis desakan atau paksaan yang dapat menybabkan penyakit psikologi para siswa.

1.2              Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas adapun rumusan masalah yang dapat kami ajukan sebagai berikut:
1.                  Apakah yang dimaksud dengan tekanan mental dan apa jenis-jenis dari tekanan mental?
2.                  Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran?
3.                  Bagaimana implikasi tekanan mental  siswa terhadap proses pembelajaran?
1.3              Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat kami ajukan tujuan sebagai berikut:
1.                  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan mental dan apa jenis-jenis dari tekanan mental.
2.                  Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran.
3.                  Untuk mendeskripsikan bagaimana implikasi tekanan mental  siswa terhadap proses pembelajaran.
1.4              Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan. Disamping itu, penulis juga mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini. Penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber.
2.      Bagi Pembaca
Sebagai pedoman bagi mahasiswa khususnya calon tenaga pendidikan untuk memahami tentang implikasi tekanan mental sisiwa terhadap proses pembelajaran. Sebagai masukan bagi tenaga pendidik mengenai implikasi tekanan mental sisiwa terhadap proses pembelajaran agar tidak terjadi kesalahan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Tekanan Mental
Menurut Farihin (2013) menyatakan bahwa tekanan mental dapat diartikan sebagai sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit psikologi siswa.
Istilah tekanan mental digunakan untuk merujuk kepada penyakit mental yang berat ditandai dengan adanya gangguan stabilitas mental dan emosional seseorang. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas normal dari seseorang dan oleh karena itu membutuhkan perhatian yang banyak.
Sebuah tekanan mental umumnya dikenal dengan gangguan mental, namun keduanya bukanlah istilah medis , dan juga tidak mengacu pada penyakit mental tertentu. Hal ini sering digunakan dalam konteks depresi berat dan kecemasan, yang dapat menyababkan keruntuhan emosional dan psikologis. Dalam kasus tertentu, stres yang ekstim dan kecemasan bisa membanjiri pikiran seseorang , dan dia mungkin tidak mampu mengatasi situasi. Hal ini dapat mengganggu stabilitas mental dan emosional, yang mengarah pada tekanan mental.
Tanda seseorang mengalami tekanan mental dapat diklasifikasikan menjadi menjadi tiga kategori dipandang dari sudut fisik, gejala mental, dan emosional. Tanda pad fisik meliputi telapak tangan berkeringat, kelelahan ekstrim, gemetar, pusing, ketegangan otot, kulit meradang, dan masalah gangguan pencernaan. Lalu gejala pada mental meliputi isonomia, depresi, pikiran untuk bunuh diri, masalah seksual, gangguan bipolar, halusinasi, paranoia, keterasingan, krhilangan minat, kecemasan, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan amnesia. Dan gejala emosional membuat seseorang lupa untuk mengenali dirinya sendiri, menangis dan berteriak dengan tiba-tiba dan tak terkendali, khawatir, prilaku agresif dan kekerasan, harga diri yang rendah, dan ledakan emosional.
Ada beberapa jenis tekanan mental yang sering dialami oleh seseorang meliputi stress, susah tidur (isonomia), kecemasan berlebihan (anxienty disorder), trauma pengalaman buruk, penyakit gagap, kecanduan rokok, fobia, kurang percaya diri, dan depresi.
Jenis tekanan mental yang utama yaitu stress. Istilah stres berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan menjadi kata kerja stringere yang artinya “mengetatkan” (tighten). Menurut Cooper yang terdapat dalam bukunya Margeta (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa stres pada penggunaannya mengalami berbagai variasi dalam pemaknaan kata stres itu sendiri. Pada sekitar abad ke-17, stres digunakan untuk menggambarkan adanya kesulitan, penderitaan, atau kemalangan.
Kemudian di akhir abad ke-18, stres digunakan untuk menggambarkan penggunaan dorongan, tekanan, ketegangan, usaha yang keras yang memberikan dampak baik secara fisik maupun mental. Setelah itu, menurut Cannon yang terdapat dalam bukunya Lazarus & Folkman (dalam Hurairah, 2012) menggambarkan stres sebagai suatu keadaan keseimbangan yang terganggu dan orang yang mengalami stres adalah orang yang berada di bawah tekanan (under stress), Lazarus & Folkman (dalam Hurairah, 2012) juga mengemukakan bahwa tingkat atau derajat stres dapat diukur. Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai (ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan, konflik) :
1.                  Satu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme.
2.                  Sejenis frustasi, dimana aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau dipersukar, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan waswas kuatir dalam pencpaian tujuan.
3.                  Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem; tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.
4.                  Suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.
Sementara itu beberapa ahli berpendapat bahwa stres itu adalah :
1.                  Menurut Hawari dan Yusuf (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa respon (reaksi) fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Diartikan juga sebagai reaksi fisik yang dirasakannya tidak nyaman sebagai dampak dari persepsi yang kurang tepat terhadap sesuatu yang mengancam keselamatan dirinya, merusak harga dirinya, menggagalkan keinginan atau kebutuhannya.
2.                  Menurut Baum dalam bukunya Taylor (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa pengalaman emosional yang negatif yang disertai perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasi dampak-dampaknya.
3.                  Menurut Yusuf (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.
stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain (Herdiyani, 2013).
Menurut Robbins (dalam Herdiyani, 2013) menyatakan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (dalam Herdyani, 2013) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (dalam Herdyani, 2013), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Menurut Selye (dalam Herdyani, 2013), Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor, stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (misalnya: Kondisi sakit, menopause, dan lain-lain). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (misalnya: Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dan lain-lain).
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu susah tidur (Insomnia). Susah tidur (Insomnia) adalah kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata-rata setiap orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya, yaitu saat sedang menghadapi suatu masalah serius. Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Insomnia merupakan sebuah simptom atau gejala. Artinya apabila kita mengalami insomnia, kemungkinan ada masalah emosional yang belum terselesaikan. Masalah emosional itu bisa berupa kecemasan, stress, ketakutan, depresi, marah, sakit hati, kesedihan atau masalah emosi lainnya. Namun banyak penderita insomnia yang tidak menyadari masalah emosi apa yang menyebabkan dia tidak bisa tidur. Sebab itulah banyak dari penderita insomnia lebih memilih meminum obat tidur dibanding mencari bantuan psikoterapis. Masalah-masalah yang sering timbul karena insomnia adalah: kecemasan, stress, dan depresi karena tidak mampu tidur. Ini adalah reaksi berantai yang tidak pernah usai. Masalah emosi menyebabkan insomnia dan insomnia menyebabkan masalah emosi yang lebih parah, begitu seterusnya. . Insomnia tidak akan sembuh hanya dengan meminum obat tidur. Sebelum masalah emosi yang melandasi insomnia belum diatasi, insomnia akan terus timbul. Insomnia adalah gejala dari masalah emosional, seperti stress, depresi, khawatir, trauma, phobia, dan sebagainya. Hal ini juga pernah di alami oleh para pelajar di sekolah yaitu ketika seorang siswa akan menghadapi ulanggan keesokan harinya dan siswa tersebut teris bertanya-tenya pada dirinya, “besok aku bisa jawab apa tidak?” hal ini akan selalu di ingat oleh siswa tersebut sehingga siswa tersebut tidak akan bisa tertidur dengan nyenyak.  Begitu juga dengan siswa yang memperoleh nilai ulangan yang kurang bagus pada mata pelajaran tertentu, padahal siswa tersebut sudah belajar dengan maksimal. Maka, siswa tersebut akan selalu menggingat hala tersebut sehingga siswa tersebut tidak bisa tertidur dengan nyenyak.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu kecemasan atau anxiety disorder. Kecemasan atau anxiety disorder adalah kebiasaan yang ditandai oleh sebuah perilaku kecemasan yang sering timbul dan menetap pada banyak aktifitas atau kejadian yang tidak dicemaskan orang lain pada umumnya. Anxiety disorder merupakan suatu keadaan pikiran dan perasaan yang ditandai adanya rasa cemas yang berlebihan. Contoh seorang pelajar sering cemas seputar test, yang selalu cemas akan gagal meskipun dalam latihan dia mendapat nilai yang baik, seorang yang takut jatuh miskin meskipun bisnisnya lancar dan tabungannya banyak dan sebagainya. Gejala Anxiety Disorder antara lain: Kegelisahan, Mudah merasa lelah, Sulit berkonsentrasi, Mudah marah, Ketegangan pada otot, gemetar, sakit kepala, Kesulitan tidur, Keringat yang berlebihan, dan sesak nafas. Orang yang mengalami kecemasan bisa berkembang menjadi panik disorder, depresi, atau menjadi Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Akan menjadi masalah yang lebih parah apabila seseorang penderita kecemasan mencoba mengatasinya dengan narkoba atau alkohol untuk menghilangkan kecemasan.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu pengalaman traumatis. Setiap orang pasti pernah punya pengalaman traumatis, seperti ditinggal oleh orang yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan, dipermalukan, melihat kejadian mengerikan dan sebagainya. "guncangan mental" itu tidak pernah berlalu. Selalu dihantui oleh perasaan mencekam dan hidup tidak pernah tenang, seolah kejadian traumatis terus menerus terjadi. Seseorang yang merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau disebut oleh orang awam sebagai "trauma", sebuah gangguan psikologis yang menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan kedamaian. Gejala-gejala pemicu psikologis dan fisiologis sangat berbeda-beda pada orang-orang dengan trauma. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat terus menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan trauma akan mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan sakit di bagian dada.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu gagap. Gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi "kebiasaan" sampai dewasa. Hal ini akan berdampak buruk oleh para pelajar yang mengalami hal semacam ini, karena seorang siswa harus berbicara dengan lancar pada saat melakukan presentasi di depan kelas. Jika siswa tersebut gagap dalam melakukan presentasi maka siswa yang lainnya tidak akan bisa memahami dengan cermat apa yang dibicarakan oleh siswa yang gagap tersebut, begitu juga pada saat proses belajar mengajar.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu kebiasaan merokok. Mengubah kebiasaan memang tidak mudah karena kebiasaan adalah proses yang terjadi di pikiran bawah sadar. Apalagi bila kebiasaan tersebut sudah berlangsung puluhan tahun dan di sekitar Anda banyak pendukungnya. Untuk berhenti merokok, tidak cukup dengan cara membulatkan tekad, melawan keinginan merokok, atau memaksa diri untuk berhenti merokok. Karena sifat dari kebiasaan dan kecanduan adalah: semakin dilawan, maka dia semakin kuat. Rokok terasa nikmat bagi seseorang karena di pikiran bawah sadar orang itu tertanam program yang berbunyi "rokok adalah kenikmatan". Sehingga dengan orang yang seperti ini, dapat mempengaruhi para pelajar sekarang ini. Mereka menganggap bahwa rokok itu merupakan sebuah benda yang dapat merubah sifat para pelajar menjadi lebih dewasa. Padahal orang yang ingin dewasa tidak dipengaruhi hanya dengan merokok tapi dipengaruhi oleh kesiapan kita untuk menjadi orang dewasa dan meninggalkan masa-masa kecil kita.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu fobia. Fobia adalah rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal. Apabila penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan objek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan. Pada kasus fobia yang lebih parah, gejala kecemasan yang sangat hebat selalu menyertai penderita. Penderita akan terus-menerus merasa takut walaupun disekitarnya tidak ada objek yang ditakutinya. Perasaan cemas bisa muncul hanya dengan membayangkan atau mengingat objek yang ditakuti. Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi tidak perlu malu atau merasa rendah diri apabila seseorang menderita fobia.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu rasa minder. Rasa minder tidak bisa hilang dengan cara memaksakan diri untuk percaya diri. Karena sifat dari rasa minder adalah semakin dilawan, maka dia semakin kuat. Minder, gugup, takut atau tidak percaya diri adalah perasaan alami manusia yang diberikan Tuhan agar kita tidak terlalu kelewat percaya diri dan akhirnya sombong. Selain orang gila dan orang mabuk, setiap orang waras pasti memiliki rasa minder, hanya saja konteks dan kadarnya berbeda-beda. Bahkan kita pun punya rasa minder apabila diharuskan tampil sebagai orang lain. Misalnya: kita akan sangat minder dan malu apabila harus memakai pakaian badut ketika menemui klien atau memberikan pelatihan hipnosis di depan puluhan murid. Penyebab minder berasal dari lingkungan yang ada di sekitar kita, rasa takut atau minder bukan karena faktor genetik. Hal semacam ini juga dialami oleh para pelajar si sekolah yaitu ketika seorang siswa yang akan berhadapan dengan seorang Kepala Sekolah, pasti siswa itu akan langsung belok arah baik itu ke kiri, ke kanan, maupun berbalik arah supaya tidak berhadapan langsung dengan Kepala Sekolah tersebut.
Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikologis dan fisik tertentu. Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.

2.2    Faktor-Faktor Tekanan Mental
Tekanan mental adalah sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit psikologi siswa. Hal semacam ini dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor, namun pada umumnya faktor yang mempengaruhi tekanan mental tersebut adalah masalah personality yang sempurna; masalah kehidupan dari segi kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong wujudnya tekanan mental; pengalaman lampau yang ngeri juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
v  Faktor pertama yang menyebabkan seseorang berhadapan dengan tekanan mental ialah masalah personality yang sempurna.
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa inggris) yang berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Sementara ada pendapat bahwa sebenarnya manusia itu didalam kehidupannya sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu menggunakan tutup muka, maksudnya adalah untuk menutupi kelemahannya, atau cirri-cirinya yang khas supaya tidakkannya itu dapat diterima oleh masyarakat. Dengan topeng itu kadang-kadang orang akan mendapat kedudukan , penghasilan atau prestise yang lebih daripada bila tanpa topeng tersebut.
Menurut Young (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat bahwa sepanjang hidup manusia, selalu memakai topeng ini, untuk menutupi kehidupan batinnya. Manusia hamper tidak pernah berlaku wajar, sesuai dengan hakekat dirinya sendiri, dan untuk terakhir ini manusia harus berlatih dengan tekun dan bersungguh-sungguh dalam waktu yang lama sekali, sebab selama ia hanya berlaku denngan kedok itu ia tidak akan menjupai kepuasan di dalam hidupnya.
Menurut Allport (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat bahwa Personality is the dynamic organization withing the individual of those psychophysicalsystem, that determines his unique adjsment to his environment. Artinya personality itu adalah suatu organisasi psichophysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dangan lingkungannya.
Menurut May (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat bahwa Personality is a social stimulus value. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.
Menurut Prince (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat bahwa Personality is the sum total of all the biological innatendisposition, impulses, teddencies, appetites, instinct of individual and the acquired disposition and tendencies acquired by experience. Artinya disamping disposisi yang dibawa sejak lahir, berperan pula disposisi-disposisi psykhis lainnya yang diperoleh oleh pengalaman.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
-          Personality merupakan suatu kebulatan,
-          Kebulatan itu bersifat kompleks,
-          Kompleknya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu.
-          Paduan antara factor-faktor dalam dan factor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua individu yang benar-benar identik antara yang seorang dengan yang lainnya.
Dengan demikian maka kepribadian adalah suatu totalitas psikhophyisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkahlakunya yang unik.
Personality dapat dibentuk dari batin seseorang. Batin, atau hati nuranimanusia, di dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya adalah berfungsi sebagai hakim yang adil, apabila di dalam kehidupan manusia itu mengalami konflik, pertentangan atau keragu-raguan di dalam akan bertindak tentang sesuatu. Batin, bertindak sebagai suatu pengontrol yang kritis, sehingga manusia sebenarnya sering diperingatkan untuk selalu bertindak menurut batas-batas tertentu, yang tidakboleh dilanggarnya, berdasarkan norma-norma yang konvensional di dalam kehidupan masyarakat atau Negara. Juga batin inilah yang memungkinkan dapat atau tidaknya rasa tanggung jawab pada pribadi seseorang itu bertumbuh. Batin inilah yang bendorong manusia untuk segera meminta maaf apabila bertindak tidak benar, sambil menjanjikan pada dirinya sendiri untuk tidak akan berbuat semacam itu lagi kepada siapapun, sekalipun hanya disaksikan oleh sirinya sendiri, dan akan menyebabkan timbulnya kebranian. Apabila memang apa yang diperbuat itu benar-benar dapat dibenarkan oleh lingkungannya.
Terlalu sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan suara batin, di dalam kehidupan yang sadar, hanya akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, sehinggga di dalamnya akan selalu dirasakannya konflik jiwa yang tidak berkesudahan. Untuk dapat menghilangkannya, hanya dengan menguatka fungsi batin itu sebagai alat pengontrol yang harus dipatuhi. Sebab apabila perpecahan jiwa itu dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit, yang oleh Stekel, disebut psikhoneurosa.
Disamping sebagai alat pengontrol, batin berfungsi pula sebagai alat pembimbing, untuk membawa pribadi dari keadaan yang biasa kearah pribai yang akan mudah sekali dikenal oleh masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggung jawab, berdisiplin, konsekuen, adil, dan sebagainya. Dikenalnya seseorang memiliki pribadi yang semacam itu, akan berarti tumbuhnya wibawa orang itu sendiri. Wibawa inilah yang diperlukan di dalam setiap kehidupan.
Keinginan memajukan diri adalah berfaedah kepada orang sekiranya tidak keterlaluan. Keinginan yang keterlaluan pula akan mendatangkan tekanan sehingga menyusahkan dirinya. Seseorang yang terlalu menitikberatkan kesempurnaan tidak akan merasa puas hati dan senatiasa ingin berjaya dalam semua aspek yang terlibat. Orang seperti ini sering mempunyai hasrat atau cita-cita yang sangat tinggi. Mereka merasa kecewa apabila hasil tidak mengikut standard kesempuraan berdasarkan kaca matanya. Oleh itu, masalah personality yang sempurna akan menyebabkan tekanan mental yang berat.
v  Masalah kehidupan dari segi kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong wujudnya tekanan mental.
Masalah kehidupan mengakibatkan tekanan mental yang cenderung mendorong penyakit psikologi. Anak tiri yaitu seorang ibu yang tidak pernah melahirkan anak, yang kemudian dipercaya oleh seorang ayah yang telah ditinggalkan oleh istrinya, mendambakan kehidupan bahagia bersama anak-anak tirinya. Tetapi si anak tiri, tidak percaya bahwa ibu itu akan memperlakukannya seperti ibunya sendiri. Anak itu bersifat menjauhi, memusuhi, dan mencurigai. Anak itu tidak rela bahwa kedudukan ibunya digantikan oleh orang lain, hingga ia mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Ibu tiri itu telah merengut kasih sayang ayahnya untuknya (Sujanto, dkk., 2008).
Kecurigaan selalu mengikuti perilaku ayah atau ibu tirinya. Apalagi bila ia hidup bersama dengan saudara-saudara tirinya. Karena, semula anak itu sudah terbiasa dengan sesuatu cara hidup tertentu dan si anak mendapatkan kasih sayang secara wajar dari kedua orang tuanya, betapapun keadaannya. Tetapi dengan kedatangan orang baru (anak tiri) tentu akan membawa perubahan di dalam tata kehidupan keluarga, merubah tata kehidupan dirasakan anak sebagai sesuatu yang sukar, yang kadang-kadang memerlukan penyesuaian diri yang lama sekali bagi anak.
Tetapi dari pihak orang baru, yang dalam kedudukan lebih berhak memiliki kekuasaan untuk mengatur menghendaki agar aturan itu segera diterima sehingga hidupnya segera menemukan  ketenangan. Kedua hal inilah yang menyebabkan terjadinya jurang antara anak dan orang tua tiri itu.dan dalam hal ini si anak akan semakin tersisihkan.
Hal yang kedua dengan datangnya orang baru itu, dari pihak anak, yang sebenarnya tidak menghendaki, agar kasih saying kedua orang tuanya semula tidak terbagi, tiba-tiba direngut oleh orang baru tersebut yang di dalam jiwa anak itu digambarkan sebagai usaha memutuskan kasih sayang antara ia dengan orang tuanya. Perebutan rasa kasih sayang inilah yang merupakan siksaan angat besar bagi si anak, sebab dialah yang merugi dan dia pula yang harus menerima kekalahan secara terpaksa.
Sikap si anak ada dua kemungkinan yaitu anak akan melawan atau menarik diri dari percintaan orang tuanya itu. Yang bersikap melawan seakan-akan membela ayah atau ibunya yang lama, dan yang menarik diri seakan-akan berlindung kepada ayah atau ibunya yang sebenarnya. Keduanya itu dilakukan dalam angan-angannya maupun dalam perbuatannya sehari-hari dan inilah gangguan yang dialami anak, sehingga nampak di dalam prestasi kerjanya baik dalam keluarga maupun dalam sekolah. Anak yang seperti ini akan mengalami tekanan mental karena masalah keluarga tersebut.
Seorang guru yang melihat angka raport muridnya yang turun secara mendadak akan memarahi anak itu sendiri karena gurunya sudah menjelaskan secara deail namun si anak tetap mendapatkan nilai yang kurang bagus. Sehingga dengan kejadian yang seperti ini akan dapat menyebabkan jiwa anak merasa tertekan.
Masalah keluarga dan kemiskinan menyebabkan jiwa manusia akan merasa kecewa dan tertekan. Mereka merasa tekanan kerana sukar mencari nafkah untuk keluarga. Kerja yang berat dan rumit menyebabkan tekanan untuk mengekalkan prestasi di tempat kerja. Tekanan pelajaran pula berlaku kerana berusaha mencapai kecermelangan. Tekanan dalam kalangan pelajar biasanya berpuncak daripada ibu atau bapak yang ingin anak mereka memperoleh juara 1 umum dalam pelajaran atau pihak guru yang ingin memastikan objektif pembelajaran dan pengajaran (P&P) mereka tercapai. Jadi, masalah kehidupan mengakibatkan tekanan mental yang cenderung mendorong penyakit psikologi.
v  Selain itu, pengalaman lampau yang ngeri juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
Keadaan ini biasanya wujud pada seseorang mengalami hal-hal yang tidak diinginkan atau menakutkan. Akibat daripada tragedi tersebut, maka orang tersebut sering dihantui perasaan bercampur-campur. Jika seseorang yang diam dan tidak suka meluahkan perasaan, maka dia akan mengalami depresi dalam jangka panjang. Mereka akan merasa fobia, takut dan boleh bertindak terburu-buru tanpa berupaya untuk berfikir dengan nasional. Pengalaman yang terlampau seperti dirogol atau dibuli mungkin menyebabkan seseorang hilang kewarasan kerana terlalu tertekan.

2.3    Implikasi Tekanan Mental
2.3.1        Dampak yang ditimbulkan dari tekanan mental
Tekanan mental dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu orang yang diberikan tekanan yang berlebihan dan bisa mengendalikannya dapat memicu timbulnya motivasi kepada para pelajar. Sehingga para pelajar akan menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, kebanyakan dampak negatif yang didapatkan dari tekanan mental tersebut kepada para pelajar. Seperti misalnya orang yang mengalami tekanan mental akan mengalami tekanan batin. Tekanan batin merupakan semacam penyakit yang tidak ringan. Tekanan batin dapat menyebabkan pikiran seseorang menjadi kacau dan bingung. Dan perilaku, tindakan, atau perbuatan orang itu tidak normal. Berat ringannya tekanan batin tergantung dengan seberapa tinggi tingkat kekacauan yang dideritanya (Sastrabelitong, 2008).
Munurut Tjahya (2013) berpendapat bahwa peran orang tua sangat besar terhadap perkembangan batin seorang pelajar, penyebab masalah mental yang dialami seseorang bisa terjadi akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua sewaktu masih kecil. Perlakuan dan tekanan lingkungan sosial juga bisa menjadi sebab terjadinya luka batin.
Penyebab timbulnya luka batin sangat bermacam-macam, namun timbulnya luka batin kepada para sisiwa dapat disebabkan karena putus cinta, dihianati pasangan hidup, masalah ekonomi, harapan orang tua terhadap anak yang terlalu tinggi, tekanan lingkungan sosial, ketidak pedulian orang tua terhadap anak, dan ketidak harmonisan hubungan orang tua.
Gejala yang ditimbulkan kepada seseorang akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kondisi emosional, motivasi, perilaku motorik dan kognitif seperti:
1.      Selalu merasa sedih, muram, terpuruk, dan depresi;
2.      Menangis tanpa sebab;
3.      Mudah tersinggung;
4.      Gelisah, tidak sabaran;
5.      Tidak termotivasi;
6.      Selalu merasa malas dan sulit bangun pagi;
7.      Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari pada biasanya;
8.      Perubahan dalam kegiatan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan mereka kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta);
9.      Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau teralu sedikit);
10.  Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan);
11.  Berfungsi kurang efektif di tempat kerja atau di sekolah;
12.  Kesulitan berkonsentrasi atau berfikir jernih;
13.  Berfikir negative mengenai diri sendiri dan masa depan;
14.  Perasaan bersalah atau menyesal mengenai masalah di masa lalu;
15.  Sulit belajar;
16.  Minder/kurang percaya diri;
Dari semua gejala di atas, biasanya gejala luka batin tidak menunjukan gejala yang jelas seperti luka fisik, banyak orang sengaja mengabaikannya. Luka batin yang dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan berbagai masalah sosial yang berakibat pada buruknya kualitas hidup seseorang terutama para pelajar di sekolah.
Luka batin yang dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan jiwa. Gangguan jiwa bukan berarti gila atau hilang ingatan, ada banyak gangguan jiwa dimana penderitanya tetap sadar dengan lingkungan sekitarnya dan menyadari adanya gangguan tetapi tidak  mampu membendung rasa takut dan cemas berlebihan seperti  pada kasus gangguan fobia, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kepribadian, dan sebagainya. Ketidak mengertian masyarakat tentang kesehatan jiwa menyebabkan banyak penderita gangguan psikologis tidak ditangani secara cepat dan baik. Masyarakat masih menganggap gangguan psikologis identik dengan kegilaan atau hilang ingatan. Dimana penyakit ini adalah sesuatu hal yang memalukan dan harus disembunyikan, penolakan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan psikologi mengakibatkan penyakit mental ini berkembang menjadi sulit disembuhkan.  Banyak kalangan masyarakat yang belum mempunyai pemahaman lengkap dengan pentingnya kesehatan mental, menganggap bahwa semua gangguan psikologis adalah hal yang tidak perlu disembuhkan dan disangkal sampai menjadi penyakit mental yang terlambat ditangani.
Menurut Dimas (2013) mengatakan bahwa tekanan mental juga dapat menyebabkan emosi yang berlebihan yang dapat menimbulkan kesehatan seseorang terganggu, seperti:
1.      Gangguan kepala yaitu emosi memicu tekanan darah pada otak, sehingga dampak emosi kerap menimbulkan masalah gangguan penyakit seputar kepala, seperti nyeri kepala dan migren. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi para pelajar di sekolah, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar di sekolah.
2.      Gangguan pencernaan yaitu emosi dapat meningkatkan kadar asam lambung, sehingga menyebabkan penyakit nyeri lambung, refluk asam, dan sembelit. Hal semacam ini juga akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, seperti misalnya siswa tersebut akan selalu ke kamar mandi sehingga siswa tersebut ketinggalan mata pelajarannya.
3.      Gangguan jantung yaitu emosi juga sangat berpengaruh pada organ dalam manusia seperti jantung. Emosi membuat jantung memompa darah lebih cepat. Oleh karena itu, para siswa yang mengalami gangguan seperti ini akan menyebabkan siswa tersebut sering pingsan, karena penyakit jantung yang dideritanya.
2.3.2        Cara mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh tekanan mental
Pada saat kita menerima suatu tekanan mental, kita merasa tidak enak atau mulai stres. Semakin tinggi tekanan ini, semakin besar rasa tidak nyaman melanda diri kita. Apabila tekanan mental yang masuk semakin tinggi hingga melewati kemampuan kita menanganinya., akan ada dua kemungkinan. Pertama, sistem akan masuk dan berhenti berfungsi. Jika ini terjadi maka kita mengalami depresi. Lalu yang kedua adalah sistem akan berhenti sebentar kemudian akan membentuk struktur baru dengan tingkat kerumitan dan kemampuan yang lebih tinggi (Arivose, 2013)
Pada diri manusia yang mengalami tekanan mental yang sangat besar, apabila dia mampu mengatasi tekanan ini, setelah melewati semua masalah beratnya, dia akan menjadi seorang manusia dengan kebijaksanaan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi. Selanjutnya bilamana dia mengalami masalah yang sama, dia hanya akan tertawa. Masalah yang sama sudah tidak lagi mengganggu dirinya. Karena struktur dari kemampuannya sudah sangat meningkat. Dari kemampuan itu mempunyai peran yang sangat penting.untuk selalu bersemangat dan memotivasi terhadap diri.
Untuk mengatasi tekanan mental seseorang dapat melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga, menghindari kafein, adanya jadwal untuk tidur, obat antianxiety atau anti depresi dari dokter, sering konsultasi dan berbicara dengan trapis anda, melakukan olahraga secara teratur, terapi pijat, dan akupuntur.
Dari cara-cara di atas untuk mengatasi tekanan mental pada umumnya, ada tiga cara yang dilakukan orang untuk mengatasi tekanan mental:
1.    Mengeluarkan tekanan itu dari sistem (diri mereka). Caranya dapat bermacam-macam, misalnya marah, menangis, berteriak, melakukan aktivitas yang meguras energi, curhat atau berbicara, atau apa saja yang dapat mengeluarkan tekanan itu. Kita pasti pernah mengalami hal itu. Ketika kita merasa sangat tertekan. Kita mungkin marah atau menangis. Setelah itu kita merasa lega. Rasa lega ini bearti kita telah berhasil mengeluarkan tekanan yang ada di dalam diri kita.    
2.    Memblok tekanan sehingga tidak dapat masuk ke dalam sistem, Caranya dengan menutup diri, mengisolasi diri dari lingkungan, dan lain-lain.
3.    Mengalihkan perhatian, biasanya ketika melakukan salah satu dari dua strategi tersebut. Orang juga akan berusaha mengalihkan perhatian mereka dan tekanan yang masuk ke dalam sistem. Caranya adalah dengan menyibukan diri, membaca, dan lain-lain.
Cara untuk mengobati tekanan mental dapat bervariasi secara signifikan dari orang ke orang. Selain perawatan yang tepat, diet sehat dan bergizi dapat bermanfaat dalam memper kuat tubuh dan pikiran untuk mengatasi stres mental dan kecemasan dalam tekanan mental.















BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Dari uraian data di atas saya dapat simpulkan bahwasannya:
1.      Tekanan mental dapat diartikan sebagai sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit psikologi siswa. Serta ada beberapa jenis tekanan mental yang sering dialami oleh seseorang meliputi stres, susah tidur (isonomia), kecemasan berlebihan (anxienty disorder), trauma pengalaman buruk, penyakit gagap, kecanduan rokok, fobia, kurang percaya diri, dan depresi.
2.      Faktor yang mempengaruhi tekanan mental tersebut adalah masalah personality yang sempurna; masalah kehidupan dari segi kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong wujudnya tekanan mental; pengalaman lampau yang ngeri juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
3.      Tekanan mental dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu orang yang diberikan tekanan yang berlebihan dan bisa mengendalikannya dapat memicu timbulnya motivasi kepada para pelajar. Sehingga para pelajar akan menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, kebanyakan dampak negatif yang didapatkan dari tekanan mental tersebut kepada para pelajar. Seperti misalnya orang yang mengalami tekanan mental akan mengalami tekanan batin dan emosi yang dapat mengganggu kesehatan.
3.2  Saran
Melalui makalah ini, diharapkan para mahasiswa atau pembaca memahami dan mampu memahami implikasi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran dengan baik, cermat dan benar. Namun “Tak ada gading yang tak retak”, makalah saya masih jauh dari sempurna. Untuk itu, mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah saya. Dan penulis menyarankan kepada pembaca agar lebih mendalami dan mempelajari terkait dengan implikasi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran, karena dengan demikian sebagai calon guru nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik demi kemajuan dari peserta didik.



DAFTAR PUSTAKA

Arivose. 2013. “Cara Mengatasi Tekanan Mental”. Tersedia dalam http://arivobisnis.blogspot.com/2013/05/cara-mengatasi-tekanan-mental.html. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2013.

Dimas, Dinda. 2013. “Dampak Negatif Emosi Bagi Kesehatan”. Tersedia dalam http://dinda-dimas.blogspot.com/2013/10/dampak-negatif-emosi-bagi-kesehatan.html. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2013.

Herdiyani, Dedeh. 2013. “Pengertian stress”. Tersedia dalam http://dedeh89-psikologi.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html. Diunduh pada tanggal 13 desember 2013.

Hurairah, Ummu. 2012. “Pengertian Stress”. Tersedia dalam http://www.te2n.com/pengertian-stress. Diunduh pada tanggal 13 Desember 2013.

Farihin, Cikgu Zulkarnain. 2013. “Punca-punca dan Cara-cara Mengatasi Masalah Tekanan Mental”. Tersedia dalam http://farihinzul1974.blogspot.com/2009/10/punca-punca-dan-cara-cara-mengatasi.html. Diunduh pada tanggal 13 Desember 2013.

Sastrabelitong. 2008. “Mengapa Orang Mendapat Tekanan Batin?”. Terdapat dalam http://illumination-essay.blogspot.com/2008/11/mengapa-orang-mendapat-tekanan-batin.html. Diunduh pada tanggal 19 Desember 2013.
Sujanto, Agus, dkk. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: bumi Aksara

Tjahya, Noer. 2013. “Pengobatan luka Batin”. Tersedia dalam http://www.lukabatin.com/. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2013.

Untuk hasil yang lain bisa di cari di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar