BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dewasa ini seiring
dengan persaingan kompetensi akademik yang semakin ketat serta pembangunan yang
semakin maju di dunia pendidikan, semakin besar pula jumlah siswa yang
mengalami tekanan mental. Tekanan mental dapat diartikan sebagai sejenis
desakan atau paksaan yang berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses
intelektual. Tekanan yang terlampau akan menyebabkan penyakit psikologi siswa
(Farihin, 2013).
Faktor pertama yang
menyebabkan seseorang berhadapan dengan tekanan mental ialah masalah
personality yang sempurna. Keinginan memajukan diri adalah berfaedah kepada
orang sekiranya tidak keterlaluan. Keinginan yang keterlaluan pula akan
mendatangkan tekanan sehingga menyusahkan dirinya. Seseorang yang terlalu
menitikberatkan kesempurnaan tidak akan merasa puas hati dan senantiasa ingin
berjaya dalam semua aspek yang terlibat. Orang seperti ini biasanya sering
mempunyai hasrat atau cita-cita yang sangat tinggi. Mereka berasa kecewa
apabila hasil tidak mengikut standard kesempuraan berdasarkan kaca matanya.
Oleh sebab itu,
masalah personality yang sempurna akan menyebabkan tekanan mental yang berat
(Farihin, 2013).
Salah satu jenis
tekanan mental yang sudah di alami oleh ribuan orang di seluruh dunia adalah
stres. Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental.
Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress
dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun
mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan
karena stress, disebut strain (Herdiyani, 2013).
Menurut Robbins (dalam
Herdiyani, 2013) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Kebanyakan orang yang
mengalami tekanan mental tidak tahu cara untuk mengatasinya karena tekanan
mental adalah sejenis desakan atau paksaan yang dapat menybabkan penyakit
psikologi para siswa.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas adapun rumusan masalah yang dapat kami ajukan sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan tekanan
mental dan apa jenis-jenis dari tekanan
mental?
2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran?
3.
Bagaimana implikasi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran?
1.3
Tujuan
Dari rumusan masalah di
atas dapat kami ajukan tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan tekanan mental dan apa jenis-jenis dari tekanan mental.
2.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran.
3.
Untuk mendeskripsikan bagaimana
implikasi tekanan mental siswa terhadap
proses pembelajaran.
1.4
Manfaat
Adapun manfaat yang
diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan
berbagai pengalaman bagi penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan.
Disamping itu, penulis juga mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis
materi yang ditulis dalam makalah ini. Penulis juga mendapatkan berbagai
pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik
penggabungan materi dari berbagai sumber.
2.
Bagi Pembaca
Sebagai pedoman bagi mahasiswa
khususnya calon tenaga pendidikan untuk memahami tentang implikasi tekanan
mental sisiwa terhadap proses pembelajaran. Sebagai masukan bagi tenaga
pendidik mengenai implikasi tekanan mental sisiwa terhadap proses pembelajaran
agar tidak terjadi kesalahan dalam pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tekanan Mental
Menurut Farihin (2013) menyatakan bahwa tekanan
mental dapat diartikan sebagai sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan
dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi
akan menyebabkan penyakit psikologi siswa.
Istilah tekanan mental
digunakan untuk merujuk kepada penyakit mental yang berat ditandai dengan
adanya gangguan stabilitas mental dan emosional seseorang. Kondisi ini dapat
mengganggu aktivitas normal dari seseorang dan oleh karena itu membutuhkan
perhatian yang banyak.
Sebuah tekanan mental umumnya dikenal dengan gangguan mental, namun
keduanya bukanlah istilah medis , dan juga tidak mengacu pada penyakit mental
tertentu. Hal ini sering digunakan dalam konteks depresi berat dan kecemasan,
yang dapat menyababkan keruntuhan emosional dan psikologis. Dalam kasus
tertentu, stres yang ekstim dan kecemasan bisa membanjiri pikiran seseorang ,
dan dia mungkin tidak mampu mengatasi situasi. Hal ini dapat mengganggu
stabilitas mental dan emosional, yang mengarah pada tekanan mental.
Tanda seseorang mengalami tekanan mental dapat diklasifikasikan menjadi
menjadi tiga kategori dipandang dari sudut fisik, gejala mental, dan emosional.
Tanda pad fisik meliputi telapak tangan berkeringat, kelelahan ekstrim,
gemetar, pusing, ketegangan otot, kulit meradang, dan masalah gangguan
pencernaan. Lalu gejala pada mental meliputi isonomia, depresi, pikiran untuk
bunuh diri, masalah seksual, gangguan bipolar, halusinasi, paranoia,
keterasingan, krhilangan minat, kecemasan, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan
amnesia. Dan gejala emosional membuat seseorang lupa untuk mengenali dirinya
sendiri, menangis dan berteriak dengan tiba-tiba dan tak terkendali, khawatir,
prilaku agresif dan kekerasan, harga diri yang rendah, dan ledakan emosional.
Ada beberapa jenis tekanan mental yang sering dialami oleh seseorang
meliputi stress, susah
tidur (isonomia), kecemasan berlebihan (anxienty disorder), trauma pengalaman
buruk, penyakit gagap, kecanduan rokok, fobia, kurang percaya diri, dan depresi.
Jenis tekanan mental yang utama yaitu stress. Istilah
stres berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit,
dan menjadi kata kerja stringere yang artinya “mengetatkan” (tighten). Menurut
Cooper yang terdapat dalam bukunya Margeta (dalam Hurairah, 2012) menyatakan
bahwa stres pada penggunaannya mengalami berbagai variasi dalam pemaknaan kata
stres itu sendiri. Pada sekitar abad ke-17, stres digunakan untuk menggambarkan
adanya kesulitan, penderitaan, atau kemalangan.
Kemudian di akhir abad
ke-18, stres digunakan untuk menggambarkan penggunaan dorongan, tekanan,
ketegangan, usaha yang keras yang memberikan dampak baik secara fisik maupun
mental. Setelah itu, menurut Cannon yang terdapat dalam bukunya Lazarus &
Folkman (dalam Hurairah, 2012) menggambarkan stres sebagai suatu keadaan
keseimbangan yang terganggu dan orang yang mengalami stres adalah orang yang
berada di bawah tekanan (under stress), Lazarus & Folkman (dalam Hurairah,
2012) juga mengemukakan bahwa tingkat atau derajat stres dapat diukur. Dalam
Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai (ketegangan, tekanan, tekanan batin,
tegangan, konflik) :
1.
Satu stimulus yang menegangkan
kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme.
2.
Sejenis frustasi, dimana aktivitas yang
terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau dipersukar, tetapi tidak
terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan waswas kuatir
dalam pencpaian tujuan.
3.
Kekuatan yang diterapkan pada suatu
sistem; tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada
pribadi.
4.
Suatu kondisi ketegangan fisik atau
psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.
Sementara
itu beberapa ahli berpendapat
bahwa stres itu adalah :
1.
Menurut Hawari dan Yusuf (dalam Hurairah,
2012) menyatakan bahwa respon (reaksi)
fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan
terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Diartikan juga sebagai reaksi
fisik yang dirasakannya tidak nyaman sebagai dampak dari persepsi yang kurang
tepat terhadap sesuatu yang mengancam keselamatan dirinya, merusak harga
dirinya, menggagalkan keinginan atau kebutuhannya.
2.
Menurut Baum dalam bukunya Taylor (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa pengalaman emosional yang negatif yang
disertai perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasi
dampak-dampaknya.
3.
Menurut Yusuf (dalam Hurairah, 2012) menyatakan bahwa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau
tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap
stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam,
mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan,
atau kesejahteraan hidupnya.
stress adalah bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini
mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya,
stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress
disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut
strain (Herdiyani, 2013).
Menurut Robbins (dalam
Herdiyani, 2013) menyatakan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan
dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan
apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu
sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis
seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan
Richardson (dalam Herdyani, 2013) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut
Handoko (dalam Herdyani, 2013), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Menurut Selye (dalam
Herdyani, 2013), Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan
dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat
menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah,
berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya
stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor, stressor ialah
stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor internal
berasal dari dalam diri seseorang (misalnya: Kondisi sakit, menopause, dan
lain-lain). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau
lingkuangan (misalnya: Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dan
lain-lain).
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu susah
tidur
(Insomnia). Susah
tidur
(Insomnia) adalah
kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata-rata setiap
orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya, yaitu saat sedang
menghadapi suatu masalah serius. Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Insomnia
merupakan sebuah simptom atau gejala. Artinya apabila kita mengalami insomnia,
kemungkinan ada masalah emosional yang belum terselesaikan. Masalah emosional
itu bisa berupa kecemasan, stress, ketakutan, depresi, marah, sakit hati,
kesedihan atau masalah emosi lainnya. Namun banyak penderita insomnia yang
tidak menyadari masalah emosi apa yang menyebabkan dia tidak bisa tidur. Sebab
itulah banyak dari penderita insomnia lebih memilih meminum obat tidur
dibanding mencari bantuan psikoterapis.
Masalah-masalah
yang sering timbul karena insomnia adalah:
kecemasan,
stress, dan depresi karena tidak mampu tidur. Ini adalah reaksi berantai yang
tidak pernah usai. Masalah emosi menyebabkan insomnia dan insomnia menyebabkan
masalah emosi yang lebih parah, begitu seterusnya. . Insomnia tidak akan sembuh hanya
dengan meminum obat tidur. Sebelum masalah emosi yang melandasi insomnia belum
diatasi, insomnia akan terus timbul.
Insomnia
adalah gejala dari masalah emosional, seperti stress, depresi, khawatir,
trauma, phobia, dan sebagainya.
Hal ini juga pernah di alami oleh para pelajar di sekolah yaitu ketika seorang
siswa akan menghadapi ulanggan keesokan harinya dan siswa tersebut teris
bertanya-tenya pada dirinya, “besok aku bisa jawab apa tidak?” hal ini akan
selalu di ingat oleh siswa tersebut sehingga siswa tersebut tidak akan bisa
tertidur dengan nyenyak. Begitu juga
dengan siswa yang memperoleh nilai ulangan yang kurang bagus pada mata
pelajaran tertentu, padahal siswa tersebut sudah belajar dengan maksimal. Maka,
siswa tersebut akan selalu menggingat hala tersebut sehingga siswa tersebut
tidak bisa tertidur dengan nyenyak.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu
kecemasan
atau anxiety
disorder. Kecemasan atau anxiety disorder adalah kebiasaan yang
ditandai oleh sebuah perilaku kecemasan yang sering timbul dan menetap pada
banyak aktifitas atau kejadian yang tidak dicemaskan orang lain pada umumnya. Anxiety disorder merupakan suatu
keadaan pikiran dan perasaan yang ditandai adanya rasa cemas yang berlebihan.
Contoh seorang pelajar sering cemas seputar test, yang selalu cemas akan gagal
meskipun dalam latihan dia mendapat nilai yang baik, seorang yang takut jatuh
miskin meskipun bisnisnya lancar dan tabungannya banyak dan sebagainya. Gejala Anxiety Disorder antara
lain: Kegelisahan, Mudah merasa lelah, Sulit berkonsentrasi, Mudah marah,
Ketegangan pada otot, gemetar, sakit kepala, Kesulitan tidur, Keringat yang
berlebihan, dan sesak nafas. Orang
yang mengalami kecemasan bisa berkembang menjadi panik disorder, depresi, atau menjadi
Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Akan menjadi masalah yang lebih parah
apabila seseorang penderita kecemasan mencoba mengatasinya dengan narkoba atau
alkohol untuk menghilangkan kecemasan.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu pengalaman traumatis.
Setiap
orang pasti pernah punya pengalaman traumatis, seperti ditinggal oleh orang
yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan,
dipermalukan, melihat kejadian mengerikan dan sebagainya. "guncangan mental" itu
tidak pernah berlalu. Selalu dihantui oleh perasaan mencekam dan hidup tidak
pernah tenang, seolah kejadian traumatis terus menerus terjadi. Seseorang yang
merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau
disebut oleh orang awam sebagai "trauma", sebuah gangguan psikologis
yang menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan kedamaian. Gejala-gejala pemicu psikologis dan
fisiologis sangat berbeda-beda pada orang-orang dengan trauma. Mereka mungkin
sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin
mengalami sulit tidur seperti insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat
terus menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan
trauma akan mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan
sakit di bagian dada.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu gagap. Gagap
lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma,
ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang
menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering
bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis.
Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi "kebiasaan" sampai
dewasa. Hal ini akan
berdampak buruk oleh para pelajar yang mengalami hal semacam ini, karena
seorang siswa harus berbicara dengan lancar pada saat melakukan presentasi di
depan kelas. Jika siswa tersebut gagap dalam melakukan presentasi maka siswa
yang lainnya tidak akan bisa memahami dengan cermat apa yang dibicarakan oleh
siswa yang gagap tersebut, begitu juga pada saat proses belajar mengajar.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu
kebiasaan merokok. Mengubah
kebiasaan memang tidak mudah karena kebiasaan adalah proses yang terjadi di
pikiran bawah sadar. Apalagi bila kebiasaan tersebut sudah berlangsung puluhan
tahun dan di sekitar Anda banyak pendukungnya. Untuk berhenti merokok, tidak
cukup dengan cara membulatkan tekad, melawan keinginan merokok, atau memaksa
diri untuk berhenti merokok. Karena sifat dari kebiasaan dan kecanduan adalah:
semakin dilawan, maka dia semakin kuat. Rokok terasa nikmat bagi seseorang karena di pikiran
bawah sadar orang itu
tertanam program yang berbunyi "rokok adalah kenikmatan". Sehingga dengan orang yang seperti ini, dapat
mempengaruhi para pelajar sekarang ini. Mereka menganggap bahwa rokok itu
merupakan sebuah benda yang dapat merubah sifat para pelajar menjadi lebih
dewasa. Padahal orang yang ingin dewasa tidak dipengaruhi hanya dengan merokok
tapi dipengaruhi oleh kesiapan kita untuk menjadi orang dewasa dan meninggalkan
masa-masa kecil kita.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu
fobia. Fobia
adalah rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda,
situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan untuk selalu
menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa
adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang
menakutkan bagi sebagian besar orang normal.
Apabila
penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan objek yang ditakuti, maka akan terjadi
reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar,
keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu
bergerak, atau bahkan sampai pingsan.
Pada
kasus fobia yang lebih parah, gejala kecemasan yang sangat hebat selalu
menyertai penderita. Penderita akan terus-menerus merasa takut walaupun
disekitarnya tidak ada objek
yang ditakutinya. Perasaan cemas bisa muncul hanya dengan membayangkan atau
mengingat objek
yang ditakuti. Fobia
terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa
traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi tidak perlu malu atau merasa rendah diri
apabila seseorang
menderita fobia.
Jenis tekanan mental yang lainnya yaitu
rasa minder. Rasa
minder tidak bisa hilang dengan cara memaksakan diri untuk percaya diri. Karena
sifat dari rasa minder adalah semakin dilawan, maka dia semakin kuat. Minder, gugup, takut atau tidak
percaya diri adalah perasaan alami manusia yang diberikan Tuhan agar kita tidak
terlalu kelewat percaya diri dan akhirnya sombong. Selain orang gila dan orang
mabuk,
setiap orang waras pasti memiliki rasa minder, hanya saja konteks dan kadarnya
berbeda-beda. Bahkan kita
pun punya rasa minder apabila diharuskan tampil sebagai orang lain. Misalnya: kita akan sangat minder dan malu
apabila harus memakai pakaian badut ketika menemui klien atau memberikan
pelatihan hipnosis di depan puluhan murid. Penyebab minder berasal dari lingkungan yang ada di
sekitar kita, rasa takut atau minder bukan karena faktor genetik. Hal semacam
ini juga dialami oleh para pelajar si sekolah yaitu ketika seorang siswa yang
akan berhadapan dengan seorang Kepala Sekolah, pasti siswa itu akan langsung
belok arah baik itu ke kiri, ke kanan, maupun berbalik arah supaya tidak
berhadapan langsung dengan Kepala Sekolah tersebut.
Penyebab depresi bisa dilihat dari
faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi
pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial
(misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa masalah
keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi. Individu yang terkena depresi pada
umumnya menunjukkan gejala psikologis dan fisik tertentu. Sebelum kita
menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita
mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku
atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang
bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang
secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi
bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah
kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh
karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan
energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri
agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya.
Kehilangan
rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri.
Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain.
Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan,
lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif
lainnya.
2.2 Faktor-Faktor Tekanan Mental
Tekanan mental adalah sejenis desakan atau paksaan yang
berkaitan dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penyakit psikologi siswa. Hal semacam ini dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor, namun pada
umumnya faktor yang mempengaruhi tekanan mental tersebut adalah masalah
personality yang sempurna;
masalah
kehidupan dari segi kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong
wujudnya tekanan mental;
pengalaman
lampau yang ngeri juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
v
Faktor pertama yang menyebabkan
seseorang berhadapan dengan tekanan mental ialah masalah personality yang
sempurna.
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa
inggris) yang berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau
topeng. Sementara ada pendapat bahwa sebenarnya manusia itu didalam
kehidupannya sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya,
melainkan selalu menggunakan tutup muka, maksudnya adalah untuk menutupi
kelemahannya, atau cirri-cirinya yang khas supaya tidakkannya itu dapat
diterima oleh masyarakat. Dengan topeng itu kadang-kadang orang akan mendapat
kedudukan , penghasilan atau prestise yang lebih daripada bila tanpa topeng
tersebut.
Menurut Young (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat
bahwa sepanjang hidup manusia, selalu memakai topeng ini, untuk menutupi
kehidupan batinnya. Manusia hamper tidak pernah berlaku wajar, sesuai dengan
hakekat dirinya sendiri, dan untuk terakhir ini manusia harus berlatih dengan
tekun dan bersungguh-sungguh dalam waktu yang lama sekali, sebab selama ia
hanya berlaku denngan kedok itu ia tidak akan menjupai kepuasan di dalam
hidupnya.
Menurut Allport (dalam Sujanto, dkk., 2008)
berpendapat bahwa Personality is the dynamic organization withing the
individual of those psychophysicalsystem, that determines his unique adjsment
to his environment. Artinya personality itu adalah suatu organisasi
psichophysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat
menyesuaikan diri dangan lingkungannya.
Menurut May (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat
bahwa Personality is a social stimulus value. Artinya personality itu merupakan
perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi
terhadap kita, itulah kepribadian kita.
Menurut Prince (dalam Sujanto, dkk., 2008) berpendapat
bahwa Personality is the sum total of all the biological innatendisposition,
impulses, teddencies, appetites, instinct of individual and the acquired
disposition and tendencies acquired by experience. Artinya disamping disposisi
yang dibawa sejak lahir, berperan pula disposisi-disposisi psykhis lainnya yang
diperoleh oleh pengalaman.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
-
Personality
merupakan suatu kebulatan,
-
Kebulatan
itu bersifat kompleks,
-
Kompleknya
itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar
yang ikut menentukan kepribadian itu.
-
Paduan
antara factor-faktor dalam dan factor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang
unik. Artinya tidak ada dua individu yang benar-benar identik antara yang
seorang dengan yang lainnya.
Dengan demikian
maka kepribadian adalah suatu totalitas psikhophyisis yang kompleks dari
individu, sehingga nampak di dalam tingkahlakunya yang unik.
Personality
dapat dibentuk dari batin seseorang. Batin, atau hati nuranimanusia, di dalam
kehidupan sehari-hari, sebenarnya adalah berfungsi sebagai hakim yang adil,
apabila di dalam kehidupan manusia itu mengalami konflik, pertentangan atau
keragu-raguan di dalam akan bertindak tentang sesuatu. Batin, bertindak sebagai
suatu pengontrol yang kritis, sehingga manusia sebenarnya sering diperingatkan
untuk selalu bertindak menurut batas-batas tertentu, yang tidakboleh
dilanggarnya, berdasarkan norma-norma yang konvensional di dalam kehidupan
masyarakat atau Negara. Juga batin inilah yang memungkinkan dapat atau tidaknya
rasa tanggung jawab pada pribadi seseorang itu bertumbuh. Batin inilah yang
bendorong manusia untuk segera meminta maaf apabila bertindak tidak benar,
sambil menjanjikan pada dirinya sendiri untuk tidak akan berbuat semacam itu
lagi kepada siapapun, sekalipun hanya disaksikan oleh sirinya sendiri, dan akan
menyebabkan timbulnya kebranian. Apabila memang apa yang diperbuat itu
benar-benar dapat dibenarkan oleh lingkungannya.
Terlalu sering
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan suara batin, di dalam kehidupan
yang sadar, hanya akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, sehinggga di
dalamnya akan selalu dirasakannya konflik jiwa yang tidak berkesudahan. Untuk
dapat menghilangkannya, hanya dengan menguatka fungsi batin itu sebagai alat
pengontrol yang harus dipatuhi. Sebab apabila perpecahan jiwa itu dibiarkan
berlarut-larut akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit, yang oleh Stekel,
disebut psikhoneurosa.
Disamping
sebagai alat pengontrol, batin berfungsi pula sebagai alat pembimbing, untuk
membawa pribadi dari keadaan yang biasa kearah pribai yang akan mudah sekali
dikenal oleh masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggung jawab, berdisiplin,
konsekuen, adil, dan sebagainya. Dikenalnya seseorang memiliki pribadi yang
semacam itu, akan berarti tumbuhnya wibawa orang itu sendiri. Wibawa inilah
yang diperlukan di dalam setiap kehidupan.
Keinginan memajukan diri adalah berfaedah kepada
orang sekiranya tidak keterlaluan. Keinginan yang keterlaluan pula akan
mendatangkan tekanan sehingga menyusahkan dirinya. Seseorang yang terlalu
menitikberatkan kesempurnaan tidak akan merasa puas hati dan senatiasa ingin
berjaya dalam semua aspek yang terlibat. Orang seperti ini sering mempunyai
hasrat atau cita-cita yang sangat tinggi. Mereka merasa kecewa apabila hasil
tidak mengikut standard kesempuraan berdasarkan kaca matanya. Oleh itu, masalah
personality yang sempurna akan menyebabkan tekanan mental yang berat.
v
Masalah kehidupan dari segi
kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong wujudnya tekanan mental.
Masalah kehidupan mengakibatkan
tekanan mental yang cenderung mendorong penyakit psikologi. Anak tiri yaitu seorang ibu yang tidak pernah
melahirkan anak, yang kemudian dipercaya oleh seorang ayah yang telah
ditinggalkan oleh istrinya, mendambakan kehidupan bahagia bersama anak-anak
tirinya. Tetapi si anak tiri, tidak percaya bahwa ibu itu akan memperlakukannya
seperti ibunya sendiri. Anak itu bersifat menjauhi, memusuhi, dan mencurigai.
Anak itu tidak rela bahwa kedudukan ibunya digantikan oleh orang lain, hingga
ia mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Ibu tiri itu telah merengut kasih sayang
ayahnya untuknya (Sujanto, dkk., 2008).
Kecurigaan selalu mengikuti perilaku ayah atau ibu
tirinya. Apalagi bila ia hidup bersama dengan saudara-saudara tirinya. Karena,
semula anak itu sudah terbiasa dengan sesuatu cara hidup tertentu dan si anak
mendapatkan kasih sayang secara wajar dari kedua orang tuanya, betapapun
keadaannya. Tetapi dengan kedatangan orang baru (anak tiri) tentu akan membawa
perubahan di dalam tata kehidupan keluarga, merubah tata kehidupan dirasakan
anak sebagai sesuatu yang sukar, yang kadang-kadang memerlukan penyesuaian diri
yang lama sekali bagi anak.
Tetapi dari pihak orang baru, yang dalam kedudukan
lebih berhak memiliki kekuasaan untuk mengatur menghendaki agar aturan itu
segera diterima sehingga hidupnya segera menemukan ketenangan. Kedua hal inilah yang menyebabkan
terjadinya jurang antara anak dan orang tua tiri itu.dan dalam hal ini si anak
akan semakin tersisihkan.
Hal yang kedua dengan datangnya orang baru itu, dari
pihak anak, yang sebenarnya tidak menghendaki, agar kasih saying kedua orang
tuanya semula tidak terbagi, tiba-tiba direngut oleh orang baru tersebut yang
di dalam jiwa anak itu digambarkan sebagai usaha memutuskan kasih sayang antara
ia dengan orang tuanya. Perebutan rasa kasih sayang inilah yang
merupakan siksaan angat besar bagi si anak, sebab dialah yang merugi dan dia
pula yang harus menerima kekalahan secara terpaksa.
Sikap si anak ada dua kemungkinan yaitu anak akan
melawan atau menarik diri dari percintaan orang tuanya itu. Yang bersikap
melawan seakan-akan membela ayah atau ibunya yang lama, dan yang menarik diri
seakan-akan berlindung kepada ayah atau ibunya yang sebenarnya. Keduanya itu
dilakukan dalam angan-angannya maupun dalam perbuatannya sehari-hari dan inilah
gangguan yang dialami anak, sehingga nampak di dalam prestasi kerjanya baik
dalam keluarga maupun dalam sekolah. Anak yang seperti ini akan mengalami
tekanan mental karena masalah keluarga tersebut.
Seorang guru yang melihat angka raport muridnya yang
turun secara mendadak akan memarahi anak itu sendiri karena gurunya sudah
menjelaskan secara deail namun si anak tetap mendapatkan nilai yang kurang
bagus. Sehingga dengan kejadian yang seperti ini akan dapat menyebabkan jiwa
anak merasa tertekan.
Masalah keluarga
dan kemiskinan menyebabkan jiwa manusia akan merasa kecewa dan tertekan. Mereka merasa tekanan kerana sukar mencari nafkah
untuk keluarga. Kerja yang berat dan rumit menyebabkan tekanan untuk
mengekalkan prestasi di tempat kerja. Tekanan pelajaran pula berlaku kerana
berusaha mencapai kecermelangan. Tekanan dalam kalangan pelajar biasanya
berpuncak daripada ibu atau bapak yang ingin anak mereka memperoleh juara 1
umum dalam pelajaran atau pihak guru yang ingin memastikan objektif pembelajaran
dan pengajaran (P&P) mereka tercapai. Jadi, masalah kehidupan mengakibatkan
tekanan mental yang cenderung mendorong penyakit psikologi.
v
Selain itu, pengalaman lampau yang ngeri
juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
Keadaan ini
biasanya wujud pada seseorang mengalami hal-hal yang tidak diinginkan atau
menakutkan. Akibat daripada tragedi tersebut, maka orang tersebut sering
dihantui perasaan bercampur-campur. Jika seseorang yang diam dan tidak suka
meluahkan perasaan, maka dia akan mengalami depresi dalam jangka panjang.
Mereka akan merasa fobia, takut dan boleh bertindak terburu-buru tanpa berupaya
untuk berfikir dengan nasional. Pengalaman yang terlampau seperti dirogol atau
dibuli mungkin menyebabkan seseorang hilang kewarasan kerana terlalu tertekan.
2.3 Implikasi Tekanan Mental
2.3.1
Dampak yang ditimbulkan dari tekanan mental
Tekanan mental
dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu orang
yang diberikan tekanan yang berlebihan dan bisa mengendalikannya dapat memicu
timbulnya motivasi kepada para pelajar. Sehingga para pelajar akan menuntut
ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, kebanyakan dampak negatif yang didapatkan
dari tekanan mental tersebut kepada para pelajar. Seperti misalnya orang yang
mengalami tekanan mental akan mengalami tekanan batin. Tekanan batin merupakan
semacam penyakit yang tidak ringan. Tekanan batin dapat menyebabkan pikiran
seseorang menjadi kacau dan bingung. Dan perilaku, tindakan, atau perbuatan
orang itu tidak normal. Berat ringannya tekanan batin tergantung dengan
seberapa tinggi tingkat kekacauan yang dideritanya (Sastrabelitong, 2008).
Munurut Tjahya (2013) berpendapat bahwa peran orang tua sangat besar terhadap
perkembangan batin seorang pelajar, penyebab masalah mental yang dialami
seseorang
bisa terjadi akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua sewaktu masih
kecil. Perlakuan dan tekanan lingkungan sosial juga bisa menjadi sebab terjadinya
luka batin.
Penyebab timbulnya luka batin sangat bermacam-macam,
namun timbulnya luka batin kepada para sisiwa dapat disebabkan karena putus
cinta, dihianati pasangan hidup, masalah ekonomi, harapan orang tua terhadap
anak yang terlalu tinggi, tekanan lingkungan sosial, ketidak pedulian orang tua
terhadap anak, dan ketidak harmonisan hubungan orang tua.
Gejala yang ditimbulkan kepada seseorang akan
menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kondisi emosional, motivasi, perilaku
motorik dan kognitif seperti:
1.
Selalu merasa sedih, muram,
terpuruk, dan depresi;
2.
Menangis tanpa sebab;
3.
Mudah tersinggung;
4.
Gelisah, tidak sabaran;
5.
Tidak termotivasi;
6.
Selalu merasa malas dan sulit bangun
pagi;
7.
Bergerak atau berbicara dengan lebih
perlahan dari pada biasanya;
8.
Perubahan dalam kegiatan tidur
(tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan
mereka kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta);
9.
Perubahan dalam selera makan (makan
terlalu banyak atau teralu sedikit);
10. Perubahan
dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan);
11. Berfungsi
kurang efektif di tempat kerja atau di sekolah;
12. Kesulitan
berkonsentrasi atau berfikir jernih;
13. Berfikir
negative mengenai diri sendiri dan masa depan;
14. Perasaan
bersalah atau menyesal mengenai masalah di masa lalu;
15. Sulit
belajar;
16. Minder/kurang
percaya diri;
Dari semua
gejala di atas, biasanya gejala luka batin tidak menunjukan gejala yang jelas seperti luka
fisik, banyak orang sengaja mengabaikannya. Luka batin yang dibiarkan terlalu
lama akan mengakibatkan berbagai masalah sosial yang berakibat pada buruknya
kualitas hidup seseorang terutama para pelajar di sekolah.
Luka batin yang dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
gangguan psikologis atau gangguan jiwa. Gangguan jiwa bukan berarti gila atau
hilang ingatan, ada banyak gangguan jiwa dimana penderitanya tetap sadar dengan
lingkungan sekitarnya dan menyadari adanya gangguan tetapi tidak mampu
membendung rasa takut dan cemas berlebihan seperti pada kasus gangguan
fobia, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kepribadian, dan
sebagainya. Ketidak
mengertian masyarakat tentang kesehatan jiwa menyebabkan banyak penderita
gangguan psikologis tidak ditangani secara cepat dan baik. Masyarakat masih
menganggap gangguan psikologis identik dengan kegilaan atau hilang ingatan.
Dimana penyakit ini adalah sesuatu hal yang memalukan dan harus disembunyikan,
penolakan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan psikologi
mengakibatkan penyakit mental ini berkembang menjadi sulit disembuhkan.
Banyak kalangan masyarakat yang belum mempunyai pemahaman lengkap dengan
pentingnya kesehatan mental, menganggap bahwa semua gangguan psikologis adalah
hal yang tidak perlu disembuhkan dan disangkal sampai menjadi penyakit mental
yang terlambat ditangani.
Menurut Dimas (2013) mengatakan bahwa tekanan mental
juga dapat menyebabkan emosi yang berlebihan yang dapat menimbulkan kesehatan
seseorang terganggu, seperti:
1.
Gangguan
kepala yaitu emosi memicu tekanan darah pada otak, sehingga dampak emosi kerap
menimbulkan masalah gangguan penyakit seputar kepala, seperti nyeri kepala dan
migren. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi para pelajar di sekolah, sehingga
dapat menurunkan prestasi belajar di sekolah.
2.
Gangguan
pencernaan yaitu emosi dapat meningkatkan kadar asam lambung, sehingga
menyebabkan penyakit nyeri lambung, refluk asam, dan sembelit. Hal semacam ini
juga akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, seperti misalnya siswa
tersebut akan selalu ke kamar mandi sehingga siswa tersebut ketinggalan mata
pelajarannya.
3.
Gangguan
jantung yaitu emosi juga sangat berpengaruh pada organ dalam manusia seperti
jantung. Emosi membuat jantung memompa darah lebih cepat. Oleh karena itu, para
siswa yang mengalami gangguan seperti ini akan menyebabkan siswa tersebut
sering pingsan, karena penyakit jantung yang dideritanya.
2.3.2
Cara mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh tekanan
mental
Pada saat
kita menerima suatu tekanan mental, kita merasa tidak enak atau mulai stres.
Semakin tinggi tekanan ini, semakin besar rasa tidak nyaman melanda diri kita.
Apabila tekanan mental yang masuk semakin tinggi hingga melewati kemampuan kita
menanganinya., akan ada dua kemungkinan. Pertama, sistem akan masuk dan berhenti berfungsi. Jika ini
terjadi maka kita mengalami depresi. Lalu yang kedua adalah sistem akan berhenti
sebentar kemudian akan membentuk struktur baru dengan tingkat kerumitan dan
kemampuan yang lebih tinggi (Arivose, 2013)
Pada diri
manusia yang mengalami tekanan mental yang sangat besar, apabila dia mampu
mengatasi tekanan ini, setelah melewati semua masalah beratnya, dia akan
menjadi seorang manusia dengan kebijaksanaan dan kemampuan yang jauh lebih
tinggi. Selanjutnya bilamana dia mengalami masalah yang sama, dia hanya akan
tertawa. Masalah yang sama sudah tidak lagi mengganggu dirinya. Karena struktur dari kemampuannya
sudah sangat meningkat. Dari kemampuan itu mempunyai peran yang sangat
penting.untuk selalu bersemangat dan memotivasi terhadap diri.
Untuk mengatasi tekanan mental seseorang dapat
melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga, menghindari kafein,
adanya jadwal untuk tidur, obat antianxiety atau anti depresi dari dokter,
sering konsultasi dan berbicara dengan trapis anda, melakukan olahraga secara
teratur, terapi pijat, dan akupuntur.
Dari cara-cara di atas untuk mengatasi tekanan mental
pada umumnya, ada tiga cara yang
dilakukan orang untuk mengatasi tekanan mental:
1.
Mengeluarkan
tekanan itu dari sistem (diri mereka). Caranya dapat bermacam-macam, misalnya
marah, menangis, berteriak, melakukan aktivitas yang meguras energi, curhat
atau berbicara, atau apa saja yang dapat mengeluarkan tekanan itu. Kita pasti pernah mengalami hal itu.
Ketika kita
merasa sangat tertekan. Kita mungkin marah atau menangis. Setelah itu kita merasa lega. Rasa lega ini bearti kita telah berhasil mengeluarkan tekanan
yang ada di dalam diri kita.
2.
Memblok
tekanan sehingga tidak dapat masuk ke dalam sistem, Caranya dengan menutup
diri, mengisolasi diri dari lingkungan, dan
lain-lain.
3.
Mengalihkan
perhatian, biasanya ketika melakukan salah satu dari dua strategi tersebut.
Orang juga akan berusaha mengalihkan perhatian mereka dan tekanan yang masuk ke
dalam sistem. Caranya adalah dengan menyibukan diri, membaca, dan
lain-lain.
Cara untuk mengobati tekanan mental dapat bervariasi
secara signifikan dari orang ke orang. Selain perawatan yang tepat, diet sehat
dan bergizi dapat bermanfaat dalam memper kuat tubuh dan pikiran untuk
mengatasi stres mental dan kecemasan dalam tekanan mental.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian data di atas saya dapat simpulkan
bahwasannya:
1.
Tekanan
mental dapat diartikan sebagai sejenis desakan atau paksaan yang berkaitan
dengan akal, pemikiran atau proses intelektual dan tekanan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penyakit psikologi siswa. Serta ada beberapa jenis tekanan mental yang sering dialami oleh
seseorang meliputi stres, susah tidur (isonomia), kecemasan berlebihan
(anxienty disorder), trauma pengalaman buruk, penyakit gagap, kecanduan rokok,
fobia, kurang percaya diri, dan depresi.
2.
Faktor
yang mempengaruhi tekanan mental tersebut adalah masalah
personality yang sempurna;
masalah
kehidupan dari segi kekeluargaan, pekerjaan atau pelajaran akan mendorong
wujudnya tekanan mental;
pengalaman
lampau yang ngeri juga merupakan salah satu faktor timbulnya tekanan mental.
3.
Tekanan
mental dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu
orang yang diberikan tekanan yang berlebihan dan bisa mengendalikannya dapat
memicu timbulnya motivasi kepada para pelajar. Sehingga para pelajar akan
menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, kebanyakan dampak negatif yang
didapatkan dari tekanan mental tersebut kepada para pelajar. Seperti misalnya
orang yang mengalami tekanan mental akan mengalami tekanan batin dan emosi yang
dapat mengganggu kesehatan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, diharapkan para mahasiswa atau pembaca memahami dan mampu memahami implikasi
tekanan mental siswa terhadap proses pembelajaran dengan baik, cermat dan benar. Namun “Tak ada gading yang tak retak”, makalah saya masih jauh dari sempurna. Untuk itu, mohon kritik dan saran dari
para pembaca untuk perbaikan makalah saya. Dan penulis
menyarankan kepada pembaca agar lebih mendalami dan mempelajari terkait dengan implikasi tekanan mental siswa terhadap proses
pembelajaran, karena dengan demikian sebagai calon guru
nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik demi kemajuan dari peserta
didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Arivose. 2013. “Cara Mengatasi Tekanan Mental”.
Tersedia dalam http://arivobisnis.blogspot.com/2013/05/cara-mengatasi-tekanan-mental.html. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2013.
Dimas, Dinda. 2013. “Dampak Negatif Emosi Bagi
Kesehatan”. Tersedia dalam http://dinda-dimas.blogspot.com/2013/10/dampak-negatif-emosi-bagi-kesehatan.html. Diunduh pada tanggal 25
Desember 2013.
Herdiyani,
Dedeh. 2013. “Pengertian stress”. Tersedia dalam http://dedeh89-psikologi.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html.
Diunduh pada tanggal 13 desember 2013.
Hurairah, Ummu. 2012. “Pengertian Stress”. Tersedia
dalam http://www.te2n.com/pengertian-stress. Diunduh pada tanggal 13 Desember
2013.
Farihin,
Cikgu Zulkarnain. 2013. “Punca-punca dan Cara-cara Mengatasi Masalah Tekanan Mental”.
Tersedia dalam
http://farihinzul1974.blogspot.com/2009/10/punca-punca-dan-cara-cara-mengatasi.html.
Diunduh pada tanggal 13 Desember 2013.
Sastrabelitong. 2008. “Mengapa Orang Mendapat Tekanan
Batin?”. Terdapat dalam http://illumination-essay.blogspot.com/2008/11/mengapa-orang-mendapat-tekanan-batin.html.
Diunduh pada tanggal 19 Desember 2013.
Sujanto,
Agus, dkk. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: bumi Aksara
Tjahya, Noer. 2013. “Pengobatan luka Batin”. Tersedia
dalam http://www.lukabatin.com/. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2013.
Untuk hasil yang lain bisa di cari di bawah ini:
IMPLIKASI TEKANAN MENTAL SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
KONSEP CINTA KASIH DAN TANGGUNG JAWAB
MANUSIA
MAGNET
TUHAN HAMPIR DITEMUKAN
TUHAN YANG MAHA ESA
KONSEP CINTA KASIH DAN TANGGUNG JAWAB
MANUSIA
MAGNET
TUHAN HAMPIR DITEMUKAN
TUHAN YANG MAHA ESA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar